Senin, 21 Oktober 2013

Komandan Abu Mush'ab Az Zarqawi Rahimahullah – Dari Seorang Pemuda Keras Kepala Hingga Menjemput Syahid (Insya Allah) Sebagai Perintis Daulah Islam






VOA-ISLAM.COM - Sejarah Islam akan menggoreskan tinta emas bagi para pahlawannya yang rela mengorbankan harta berharga satu-satunya yaitu nyawa, demi tegaknya Islam. Abu Mush’ab Az Zarqawi sebagai sosok pionir gerakan jihad di Irak telah meletakkan pondasinya dalam melawan thaghut Amerika, hingga berdirinya Daulah Islam Irak.

Maka menjadi hal yang penting mengenal sosok Abu Mush’ab Az Zarqawi, agar para pejuang di negeri ini bisa meneladani jejak langkahnya untuk mewujudkan tegaknya Islam di Indonesia.

Pertumbuhannya

Dia adalah Ahmad Fadhil Nazal Al Khalailah, seorang revolusioner dan dikenal sebagai pemimpin kaum militan Al Qaidah di Iraq. Abu Mush’ab Az Zarqawi adalah orang yang paling diburu di daerah Yordania dan Iraq, karena keterlibatannya sebagai perencana utama sejumlah aksi-aksi kekerasan dengan target pemerintahan  Iraq, Yordania dan Amerika Serikat. Dilahirkan di Zarqa, Yordania pada tanggal 20 Desember 1966. Dia dijuluki Abu Mush’ab Az Zarqawi, yang dinisbatkan kepada kota Az Zarqa’ tempat beliau lahir.
 
Az Zarqawi muda
Abu Mush’ab Az Zarqawi menghabiskan masa kecilnya di distrik Ramzy, salah satu titik kumuh berpenduduk padat, kota Az Zarqa’. Hingga sekolah menengah tingkat atas, Abu Mush’ab Az Zarqawi belajar di kota Zarqa. Menginjak dewasa, beliau menjadikan masjid Abdullah bin Abbas sebagai rumah ke duanya. Di masjid inilah Abu Mush’ab Az Zarqawi mulai merajut kembali tali persahabatan baru. Teman-teman barunya kebanyakan berasal dari jamaah Islam. Jamaah yang berbeda-beda, namun sama-sama berusaha mendorong kaum muda untuk berjihad. Hingga ide jihad dan mati syahid tumbuh berkembang dalam diri Abu Mush’ab Az Zarqawi. Dengan demikian langkahnya pun mantap untuk meninggalkan seluruh kenangan masa kanak-kanak dan remajanya.


Perjalanan Jihadnya

Pada tahun 1980-an, jalan jihad melawan komunis yang menjajah Afghanistan terbentang mudah di Yordania. Maka sebagaimana para pemuda muslim Yordania yang lain, Abu Mush’ab Az Zarqawi mempunyai semangat pergi ke Afghanistan di akhir tahun 1980-an. Di sanalah para pemimpin seperti Abdullah Azzam dan Usamah bin Ladin berada.

Di sini Abu Mush’ab Az Zarqawi memperoleh latihan militer. Pengetahuan agama dan politiknya berkembang di tengah-tengan perang yang berkecamuk antara mujahidin dari Arab dan Afghan dengan tentara penjajah Uni Soviet.

Saat berada di Afghanistan, Abu Mush’ab Az Zarqawi tak lupa merajut hubungan dengan masyarakat Afghan-Arab. Beliau memperkenalkan dirinya Abu Al Harits Al Hiyari yang pernah memimpin perang melawan Soviet di kawasan Kost. Di antara hubungan terpenting yang dibuat Zaqawi di Afghanistan adalah hubungan yang dibangun dengan Isham Al Burqawi yang dikenal dengan nama Abu Muhammad Al Maqdisi tahun 1989 M. Di kemudian hari, Al Maqisi mempunyai peran besar dalam pembentukan watak Abu Mush’ab Az Zarqawi.

Kembali ke Kampung Halaman

Pasca hengkangnya tentara Soviet dari Afghanistan, tidak ada lagi musuh yang bisa diperangi para mujahidin Arab. Maka mujahidin Arab yang mampu kembali ke negrinya pulang kampung. Demikian juga dengan Abu Mush’ab Az Zarqawi, beliau kembali ke negaranya, Yordania. Beliau masuk Yordania dengan Al Maqdisi pada pertengahan 1993.

Ketika berada di Yordania, mereka mendirikan organisasi Jamaah At Tauhid wal Jihad dan mengembangkan pemikiran-pemikirannya. Pertama-tama mereka mengumpulkan para pemuda dan membinanya dengan pemikiran yang selama ini mereka yakini. Al Maqdisi sang arsitek organisasi ini mulai memberikan pelajaran dan kuliah di masjid-masjid dan tempat-tempat perkumpulan pemuda. Tujuannya menarik mereka menjadi anggota baru.

Namun tak lama, mereka dengan mudah mereka jatuh dalam jaring-jaring pihak keamanan Yordania, hanya beberapa waktu saja setelah mereka mulai kegiatan. Keduanya dan juga para anggota organisasi ini dijebloskan ke dalam penjara pada tangga 29 Maret 1994. Mereka diseret ke pengadilan militer dengan tuduhan kasus yang oleh pihak yang berwenang Yordania disebut kasus Baiatul Imam.

Belajar di Penjara

Setelah selesai tahap investigasi, Abu Mush’ab Az Zarqawi dikirim ke penjara gurun Sawaqah yang letaknya sekitar 85 km selatan ibukota Amman, yang sebelumnya telah berpindah-pindah penjara. Tidak selang berapa lama, teman-temannya satu organisasi juga menyusul dengan kasus yang sama.

Maka mereka berkumpul dalam satu penjara, yang saat itu penjara Sawaqah dihuni lebih dari enam ribu tahanan. Unit VI adalah unit terpenting dalam penjara tersebut. Karena di sinilah sejumlah tahanan politik dari seluruh corak pemikiran islam dipenjara. Masing-masing pemikiran disediakan satu ruang khusus di unit yang terletak di ujung timur.

Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi
Selama tiga tahun pertama usianya hidup di penjara, Abu Mush’ab Az Zarqawi berada di bawah bimbingan Al Maqdisi. Semua buku-buku dan pemikiran Al Maqdisi ia lalap. Dia menjadi telinga seluruh dialog antara Al Maqdisi dengan tokoh-tokoh pemikir Islam Yordania lainnya yang sama-sama mendekam di penjara. Pada saat inilah Abu Mush’ab Az Zarqawi mengembangkan pengetahuan agamanya. Di penjara tersebut, ia bahkan mampu mengkhatamkan hafalan Al Quran, hingga hafal Al qur’an di luar kepala.

Sikap tegas yang dimiliki oleh Al Maqdisi tidaklah cukup bagi Abu Mush’ab Az Zarqawi. Maka dengan karakter sifat karismatik yang dimilikinya, Abu Mush’ab Az Zarqawi mampu menarik anggota organisasi di penjara untuk tunduk dan menyerahkan tongkat keemimpinan kepadanya. Jadilah kemudian Abu Mush’ab Az Zarqawi sang pengambil keputusan bagi kelompok di dalam penjara. Dia terapkan semua pandangannya kepada semua anggota kelompok. Seakan Abu Mush’ab Az Zarqawi menjadi ‘amir’ bagi kelompoknya, dan Al Maqdisiy sebagai ideolog dan penasehat spiritualnya. Itu terjadi pada musim panas tahun 1996 M.

Abu Mush’ab Az Zarqawi keluar dari penjara pada bulan Maret 1999, karena mendapatkan amnesti menyeluruh dari raja Abdullah II dalam rangka kenaikan tahtanya. Nampaknya, Abu Mush’ab Az Zarqawi ditawari dengan dua pilihan, meninggalkan Yordania agar beristirahat dan tenang atau kembali ke pejara lagi. Namun Abu Mush’ab Az Zarqawi memutuskan untuk meninggalkan Yordania setelah enam bulan dibebaskan, untuk menuju Pakistan. Pakistan ia jadikan terminal sementara untuk pergi ke Chechnya yang dilihatnya lebih membutuhkan para mujahidin Arab daripada negara lainnya.

Malang, pemerintah Pakistan menangkapnya atas dakwaan masa izin tinggal telah habis. Setelah delapan hari penangkapan, pemerintah Pakistan mendeportasikannya. Namun Abu Mush’ab Az Zarqawi tidak ada keinginan kembali ke Yordania, maka akhirnya ia memilih Afghanistan untuk berlabuh.

Kembali ke Afghanistan

Abu Mush’ab Az Zarqawi  merasa kurang puas dengan cara kerja Al Qaidah dan Thaliban. Menurutnya, keduanya kurang keras dalam memukul musuh-musuhnya. Baginya, aksi-aksi harus dilakukan secara lebih berdarah dan menyakitkan. Sinyal kuat menunjukkan Abu Mush’ab Abu Mush’ab Az Zarqawi akan datang menyongsong musuh-musuhnya. Namun, ini semua tidak mengganggu hubungan persahabatan dengan para pemimpin Al Qaidah.

Selama di Afghanistan, sosok Abu Mush’ab telah menarik perhatian para petinggi Al Qaidah. Mereka umumnya menilai Beliau sebagai orang berkepribadian keras dan egosentris. Tetapi mereka melihat potensi yang besar ada pada sosok Beliau, di antaranya kharisma kepemimpinannya yang kuat. Syaikh Saiful Adl, salah seorang petinggi Al Qaidah kemudian diamanahi untuk ‘membersamai’ Abu Mush’ab, menjadi semacam rekan penasehat dan mentornya.

Pada tahun 1999 Abu Mush’ab Az Zarqawi membangun kamp khusus di kota Herat, Afghanistan Barat. Para pengikutnya yang dikenal dengan Jundusy Syam (Tentara Syam) mulai berdatangan pada akhir tahun ke kamp tersebut.

Ketika terjadi serangan Amerika ke Afghanistan pada akhir tahun 2001, tak satu pun pihak yang menaruh perhatian kepada Abu Mush’ab Az Zarqawi sebagai pemimpin berbahaya yang mengancam. Pada bulan Nopember 2001, Abu Mush’ab Az Zarqawi dan kelompoknya meninggalkan Herat, menuju Kandahar.

Abu Mush’ab Az Zarqawi dan kelompoknya bersama-sama Thaliban dan Al Qaidah berada dalam pertempuran sengit di Kadahar dan Tora Bora. Dalam pertempuran ini, salah satu tulang rusuk Abu Mush’ab Az Zarqawi patah. Meski hebatnya pertempuran di Tora bora, Abu Mush’ab Az Zarqawi dan kelompoknya mampu mundur dengan selamat dari serangan dan kepungan Amerika.

Pindah ke Iraq

Meninggalkan Afghanistan adalah satu-satunya pilihan bagi Abu Mush’ab Az Zarqawi pasca jatuhnya kota Kandahar dan serangan Tora Bora. Dia mengevakuasi anggotanya ke Pakistan. Namun Pakistan bukan tempat yang aman, karena dia pernah melanggar undang-undang keemigrasian negara tersebut. Selain itu Pakistan bersekutu dengan Amerika dalam memerangi Thaliban. Maka ia pun memutuskan untuk pindah menuju Iran.

Di Iran Abu Mush’ab Az Zarqawi menggelar sidang Syura dengan para pembesar jaringannya. Dalam sidang ini ia memutuskan untuk bertolak ke Iraq atas dasar keyakinannya bahwa negara itu akan menjadi ajang pertempuran mendatang melawan Amerika.

Sesampainya di Iraq, Abu Mush’ab Az Zarqawi membangun dua pangkalan logistik di Kurdistan Iraq. Tepatnya, di daerah Dar Ghaisy Khan dan di daerah Sarghat. Ia mengangkat Abdul Hadi Daghlas sebagai ketuanya di daerah ini. Selain itu, dia juga ditunjuk sebagai penanggung jawab koordinasi hubungan antara jaringan Abu Mush’ab Az Zarqawi dengan Jamaah Anshar Al Islam Kurdi. Pada awal keberadaannya di Iraq, Beliau beserta ikhwan-ikhwannya, menamakan diri seperti nama jama’ahnya ketika masih di Jordania, yaitu Jamaah Tauhid wal Jihad.

Benarlah apa yang menjadi perkiraan Abu Mush’ab Az Zarqawi, Amerika menyerang Iraq pada tanggal 20 Maret 2003 dengan tuduhan, Iraq mempunyai senjata pemusnah masal. Namun tuduhan itu tidak pernah terbukti sama sekali hingga sekarang. Selain itu, Amerika juga menuduh keterlibatan Iraq dengan teroris Internasional, khususnya jaringan Al Qaidah.

Dua bulan setelah pendudukan Amerika di Iraq, aksi perlawanan bersenjata menentang keberadaan Amerika itu mulai terjadi. Dan pemerintah Amerika melempar tanggung jawab aksi-aksi tersebut kepada Abu Mush’ab Az Zarqawi.

Abu Mush’ab Az Zarqawi dianggap orang yang paling bertanggung jawab atas peledakkan-peledakan di Iraq. Termasuk peledakan kantor PBB di Baghdad pada bulan Agustus 2003. Maka pada bulan Oktober pemerintah Amerika di Iraq mengumumkan pihaknya menyediakan hadiah lima juta dollar kepada siapapun yang bisa memberi informasi tentang keberadaan Abu Mush’ab Az Zarqawi.

Abu Mush’ab Az Zarqawi tidak hanya dituduh sebagai otak di balik berbagai aksi peledakkan di Iraq, namun juga yang terjadi di Eropa. Ia dituding sebagai otak peledakan di Istanbul, Turki pada tanggal 20 November 2003 dan ledakan hebat di Karbala dan Kadzimiah pada tanggal 2 Februari 2004.

Delapan hari setelah peledakan di Karbala dan Kadzimiah dengan target serangan orang-orang Syiah, pada tanggal 11 Februari pemerintah Amerika di Iraq mengumumkan penambahan hadiah yang disediakan untuk informasi tentang Abu Mush’ab Az Zarqawi menjadi 10 juta dollar.

Pada tanggal 15 Oktober 2004, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat memasukkan Abu Mush’ab Az Zarqawi dan Jamaah Tauhid wal Jihad ke dalam daftar Organisasi Teroris Luar Negeri dan memerintahkan pembekuan asset-aset organisasi ini yang kemungkinan berada di Amerika Serikat.

Tanggal 24 Februari 2006, Departemen Kehakiman Amerika dan FBI juga memasukkan Az Abu Mush’ab Az Zarqawi sebagai tokoh yang paling dicari dalam daftar perang melawan Terorisme. Ini adalah pertama kalinya Abu Mush’ab Az Zarqawi dimasukkan ke dalam tiga besar orang yang paling di buru FBI.

Bergabung dengan Al Qaidah

Pemerintah Amerika mengumumkan, telah mengendus sebuah pesan yang dikatakan dari Abu Mush’ab Az Zarqawi untuk para pemimpin Al Qaidah, yang isinya Abu Mush’ab Az Zarqawi siap menjadi bagian dari jaringan Al Qaidah. Pesan ini memberi peluang kepada para pemimpin jaringan Al Qaidah dan kelompoknya untuk menyatukan barisan bersama Abu Mush’ab Az Zarqawi.

Selain itu Abu Mush’ab Az Zarqawi sejak awal telah menyadari bahwa ancaman yang menguntit umat ini tidaklah remeh. Tidak mungkin bagi seseorang, jamaah atau kelompok menghadapi sendirian ancaman tersebut. Untuk merespon tantangan ini Abu Mush’ab Az Zarqawi sudah menjalin link kontak dan dialog dengan jaringan Al Qaidah setibanya di Iraq. Langkah ini mampu mengantarkan Abu Mush’ab Az Zarqawi ke dalam status baiat sempurna kepada pemimpin Al Qaidah. Pada tanggal 21 oktober 2004, secara resmi Abu Mush’ab Az Zarqawi mengumumkan penggabungan dirinya ke dalam organisasi Al Qaidah. Dan jamaahnya yang Beliau rintis di Iraq dengan nama Jamaah Tauhid wal Jihad, kemudian diubah secara resmi menjadi Tanzhim Qaidatul Jihad fi Biladi Rofidain (Organisasi Al Qaidah di Negeri Dua Sungai).

Bersatunya Abu Mush’ab Az Zarqawi dengan Al Qaidah secara taktik dan strategi menguntungkan ke dua belah pihak. Bagi Bin Ladin hal itu merupakan peluang bersejarah untuk membuktikan di depan Washington bahwa serangan terhadap Afghanistan tidaklah mampu menghabisi Al Qaidah. Kini, justru Iraq menjad kancah peperangan yang lebih penting bagi Al Qaidah karena karakter wilayah dan rakyatnya lebih cocok bagi Al Qaidah.

Sedangkan bagi Abu Mush’ab Az Zarqawi, pasokan pejuang dari luar iraq adalah aset berharga. Kebanyakan para sukarelawan yang datang dari luar Iraq adalah dalam rangka untuk bergabung dengan dirinya. Demikian juga halnya dengan unsur dana dan logistik.

Kini Abu Mush’ab Az Zarqawi telah mempunyai tentara yang jumlahnya tidak kurang dari 5000 prajurit siap tempur. Ia dikelilingi oleh pendukung aktif yang jumlahnya tidak kurang dari 20 ribu orang. Jumlah seperti ini ditambah kuantitas gerakan Al Qaidah yang memberinya kekuatan baru.

Abu Mush’ab Az Zarqawi memiliki ketangguhan untuk mematahkan serangan, pembersihan dan mengakhiri perang. Ditambah lagi dengan kredibelitas bagi putra-putra umat Islam. Aksi jihad yang dilakukan Abu Mush’ab Az Zarqawi dan jamaahnya di Iraq juga prestasi-prestasi yang diukirnya akan bermuara pada naiknya Al Qaidah dan prestasinya dan mendudukkan Al Qaidah sebagai jamaah pergerakan Islam yang layak memimpin umat ini.

Jadi, keuntungan Abu Mush’ab Az Zarqawi yang diraih karena bergabungnya dengan Al Qaidah sangat banyak. Baik secara materi, sumber daya manusia maupun secara mental. Keuntungan-keuntungan ini akan berpengaruh besar dalam hasil perang yang terjadi melawan Amerika dan sekutunya di Iraq.

Sekedar diketahui, dahulu Iraq adalah tempat lahirnya peradaban-peradaban manusia. Negara Islam pertama memang berdiri di Madinah Munawarah di Jazirah Arab. Namun Iraq (Syam) menjadi terminal kedua bagi negara Islam ini. Pertumbuhan pesat negara ini pindah ke Iraq pada zaman Bani Abbasiah. Di sanalah bentuk-bentuk peradaban Islam muncul dan berkembang. Itu karena potensi yang dimiliki Iraq sendiri.

Jadi, jika Abu Mush’ab Az Zarqawi berhasil mengalahkan Amerika dan sukses dalam mengusir mereka dari Iraq, hal itu akan menjadi awal bagi berdirinya Islam yang akan melindungi kehormatan umat ini.

Sekilas lewat berbagai aksi-aksi jihadinya, orang mungkin menyangka sosok Abu Mush’ab Az Zarqawi sebagai orang yang keras, kasar, tidak kenal kompromi. Tetapi banyak orang mempersaksikan Beliau adalah orang yang lembut hatinya, dan penuh kasih sayang terhadap sesama kaum Muslimin. Beliau orang yang mudah tersentuh manakala menyaksikan atau mendengar Islam serta ummatnya dilecehkan. Beliau mungkin salah satu penggambaran yang tepat di jaman kini, tentang Kaum Pengikut Muhammad Rasulullah, yang “…..Asy syiddaa’u alal kuffar, ruhamaa’u bainahum”. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasih sayang serta ampunan kepada Beliau.

Kesyahidannya

Tanggal 7 Juni 2006, Abu Mush’ab Az Zarqawi syahid di 2,1 km sebelah utara Iraq tepatnya di Hibhib, sebuah desa dekat kota Baquba melalui serangan udara Amerika. Beliau meninggal karena pendarahan dalam tubuhnya, pada pukul 19:05, sekitar 55 menit sesudah serangan udara, karena luka-luka yang terjadi pada bom meledak. Menurut saksi-saksi mata, ketika pemboman terjadi, Abu Mush’ab Az Zarqawi menderita cedera. Tentara Amerika menemukan dirinya kemudian menyiksanya hingga Beliau syahid menghadap Allah. Hasil tes yang dilakukan FBI selanjutnya menunjukkan identitas Abu Mush’ab Az Zarqawi. Dan pada tanggal 15 Juni 2006 kematian Abu Mush’ab Az Zarqawi diakui oeh aktivis Jihad Islam Mesir Abu Ayub Al Mishri yang kemudian menggantikan kedudukan Abu Mush’ab Az Zarqawi sebagai kepala operasi Al Qaidah di Iraq dan memimpin perlawanan di Iraq.

Walaupun Abu Mush’ab Az Zarqawi telah tiada bukan berarti perlawanan di Iraq surut. Tetasan darah Abu Mush’ab Az Zarqawi takkan memadamkan jihad, namun sebaliknya tetesan darahnya akan semakin menyuburkan ladang jihad di nagara tersebut. Semangat dan ketangguhannya telah merasuk ke relung hati para pemuda. Sehingga akan muncul sosok Abu Mush’ab Az Zarqawi yang lain dan meneruskan perlawanan terhadap Amerika.

Selamat jalan Sang Komandan perintis daulah Islam. Ya Allah, terimalah ruh Abu Mush’ab Az Zarqawi, dan himpunlah Beliau bersama Qowafilusy Syuhada…

[Widad/AnNajah]