Senin, 14 Oktober 2013

Dan Berilah Kabar Gembira Kaum Muslimin: Berdirinya Daulah Islam Iraq dan Syam



Dan Berilah Kabar Gembira Kaum Muslimin
Pesan Audio Amirul Mu'minin Abu Bakar Al Bahgdadi
tentang

Berdirinya Daulah Islam Iraq dan Syam


BAGHDAD (Arrahmah.com) – Pada hari Selasa, 28 Jumadil Ula 1434 H bertepatan dengan 9 April 2013 M, Yayasan Media Al-Furqan sebagai sayap media Daulah Islam Irak bekerja sama dengan Al-Fajr Media Center merilis pesan audio Amir Daulah Islam Irak, Syaikh Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi. Pesan audio berdurasi 21 menit 26 detik itu berjudul “Dan berilah kabar gembira kaum muslimin” dan menyampaikan suatu hal yang sangat mengejutkan semua pihak: Pengumuman berdirinya Daulah Islam Irak dan Syam.


Dalam pesan audio tersebut, Syaikh Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi menjelaskan beberapa perkara penting:

1. Orang-orang yang jujur berjuang di jalan Allah senantiasa berupaya untuk meningkat, mencapai kedudukan dan kemuliaan yang lebih tinggi di sisi Allah. Tujuannya adalah mencapai ridha Allah semata, merealisasikan maslahat yang lebih luas bagi kaum muslimin dan membuat “marah” musuh-musuh Allah.
Sebagai contoh dari hal itu adalah perubahan kelompok jihad yang dirintis oleh Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi: Jama’ah Tauhid wal Jihad yang berskala Irak semata, lalu berubah menjadi Tandzhim Qa’idatul Jihad fi Bilad ar-Rafidain yang berskala jihad global, lalu berubah menjadi Majlis Syura Mujahidin yang merupakan koordinasi dan penyatuan dengan jama’ah-jama’ah jihad lainnya di Irak, kemudian mencapai puncaknya dengan pengumuman berdirinya Daulah Islam Irak.

2. Daulah Islam Irak telah mengirimkan sebagian tentara mujahidinnya untuk membentuk sel-sel jihad di seluruh wilayah Suriah, sambil melakukan aktifitas-aktifitas dakwah dan i’dad, mereka menunggu-nunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan jihad di Suriah.

3. Daulah Islam Irak telah mengirimkan salah seorang mujahidnya, Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani, disertai beberapa ulama rabbaniyun dan komandan yang telah matang di medan-medan jihad ke Suriah saat dimulainya revolusi rakyat melawan rezim Nushairiyah. Abu Muhammad Al-Jaulani bersama orang-orang yang mendampinginya membentuk kelompok Jabhah Nushrah. Jabhah Nushrah berkoordinasi dengan sel-sel jihad di Suriah yang sebelumnya telah dibentuk oleh Daulah Islam Irak di Suriah. Jabhah Nushrah adalah tentara-tentara mujahidin Daulah Islam Irak dan bagian dari Daulah Islam Irak.

4. Untuk mencapai peningkatan dan kedudukan jihad yang lebih tinggi, demi meraih ridha Allah semata, merealisasikan maslahat yang lebih luas bagi kaum muslimin dan “membuat marah” musuh-musuh Allah, secara resmi Syaikh Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi mengumumkan penghapusan nama Daulah Islam Irak dan nama Jabhah Nushrah di Suriah. Keduanya “dilebur” menjadi satu dengan nama baru, Daulah Islam Irak dan Syam. Nama baru inilah yang seterusnya akan dipakai dalam interaksi mujahidin kedua tanzhim jihad paling menonjol di Irak dan Suriah tersebut.

5. Daulah Islam Irak dan Syam mengajak kepada jama’ah-jama’ah jihad lainnya yang berakidah ahlus sunnah wal jama’ah dan istiqamah di atas jalan jihad untuk berkoordinasi dan bahu-membahu guna menegakkan Khilafah Islamiyah dan menerapkan syari’at Allah sebagais atu-satunya pedoman hidup bangsa dan Negara.

6. Daulah Islam Irak dan Syam juga menyampaikan beberapa seruan kepada para mujahidin dari kalangan muhajirin dan anshar, serta ulama rabbaniyun untuk bahu-membahu di medan jihad demi tegaknya khilafah Islamiyah yang berdasar manhaj nubuwwah.

7. Daulah Islam Irak dan Syam menyerukan kepada rakyat muslim Suriah untuk tidak terperosok dalam perangkap lubang demokrasi yang telah merusak revolusi rakyat di Mesir, Libya dan Tunisia. Daulah Islam Irak dan Syam menyerukan kepada rakyat muslim Suriah agar menjadikan tegaknya daulah Islamiyah dan penerapan syariat Allah sebagai tujuan revolusi mereka, bukan menjatuhkan rezim diktator sekuler Nushairiyah Suriah dan menggantikannnya dengan rezim sekuler nasionalis demokrasi.

Berikut ini terjemahan pesan audio Syaikh Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi dengan beberapa tambahan penjelas berupa judul-judul dalam tanda kurung, pencantuman nama surat dan nomor ayat, takhrij hadits secara singkat dan pencantuman sumber kutipan perkataan para ulama. Semoga bermanfaat.

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan yang kuat seakan-akan mereka bangunan yang kokoh.”
(QS. Ash-Shaf [61]: 4)

Yayasan Media Al-Furqan mempersembahkan
Pesan audio amirul mukminin Syaikh Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi

dengan judul

Dan berilah kabar gembira kaum muslimin

Segala puji bagi Allah semata. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, meminta petunjuk-Nya dan berserah diri kepada-Nya.  Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan jiwa kami sendiri dan dari keburukan-keburukan perbuatan kami sendiri. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka dialah orang yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, niscaya engkau sekali-kali tidak akan mendapatkan baginya seorang penolong yang bisa mengarahkannya.

Aku bersaksi bahwa tiada Ilah Yang berhak diibadahi selain Allah Maha Esa, tiada sekutu bagi-NYa. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Allah telah mengutusnya dengan petunjuk dan agama yang benar agar Allah memenangkan agama-Nya di atas semua agama lainnya, sekalipun orang-orang musyrik membenci hal itu.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103) وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (105)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kalian sekali-kali mati kecuali dalam keadaan memegang teguh Islam.
Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah-belah, dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian ketika dahulu kalian saling bermusuhan maka Allah menyatukan hati kalian sehingga kalian pun dengan nikmat Allah tersebut menjadi bersaudara. Dan adalah kalian dahulu berada di bibir jurang neraka (yaitu saat kalian masih musyrik dan kafir, edt) maka Allah menyelamatkan kalian darinya (dengan nikmat Islam dan iman, edt). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya supaya kalian mendapatkan petunju.
Dan hendaklah ada segolongan orang di antara kalian yang mengajak kepada kebaikan, memerintahkan hal-hal yang ma’ruf dan mencegah dari hal-hal yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah datang kepada mereka bukti-bukti kebenaran yang nyata. Bagi mereka itu azab yang berat.” (QS. Ali Imran [3]: 102-104)

Amma ba’du.

(Kabar gembira untuk umat Islam)
Inilah kabar gembira yang kami sampaikan kepada umat Islam di tengah peristiwa-peristiwa yang kami tumbuh di tengahnya dan untuknya. Segala puji bagi Allah semata, dari-Nya semata datangnya pertolongan dan ketepatan. Maka saya katakan dengan meminta pertolongan kepada Allah semata.

(Selalu berusaha meraih peningkatan dan kedudukan yang tinggi di jalan Allah)

Sesungguhnya peningkatan dari satu tingkatan yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi merupakan kemurahan Allah kepada jama’ah-jama’ah jihad. Hal itu merupakan bukti keberkahan amal mereka. Sebagaimana sikap mundur, ragu-ragu dan menarik diri merupakan bukti buruknya amal, kita berlindung kepada Allah dari hal itu.

Tingkatan-tingkatan yang tinggi hanya diraih karena keutamaan tingkatan-tingkatan sebelumnya sebagai hal yang mengantarkan dan memudahkannya. Peningkatan seperti ini hanya akan difikirkan oleh orang-orang yang dikaruniai bagian yang banyak dari pencarian terhadap tempat-tempat yang mendatangkan ridha Allah Ta’ala, sehingga ia melangkahkan kaki kepadanya. Tidak akan memikirkan peningkatan seperti ini kecuali orang-orang yang Allah karuniakan kepada mereka pandangan yang jauh dan penguasaan (wawasan) terhadap maslahat-maslahat umum serta apa (sumbasih) yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam dari mujahidin. Peningkatan ini tidak akan difikirkan kecuali oleh orang-orang yang diberi rizki oleh Allah berupa pencarian terhadap tempat-tempat yang membuat marah orang-orang kafir dan orang-orang murtad.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (120)

“Dan tidaklah mereka mereka menginjakkan kaki pada suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak pula mereka menimpakan suatu bencana kepada musuh-musuh Allah melainkan dicatat untuk mereka sebagai amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS. At-Taubah [9]: 120)

Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam antusias untuk membuat orang-orang musyrik di Makkah marah. Unta yang beliau rebut dalam perang Badar masih beliau simpan sampai tahun keenam hijrah. Beliau membawanya ke Makkah dan beliau sembelih sebagai korban untuk Allah. Padahal unta itu dikenal luas oleh penduduk Makkah sebagai unta milik Abu Jahal.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad, dalam menjelaskan faedah-faedah dari perjanjian Hudaibiyah, menulis: “Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam menyembelih beberapa hewan korban dan di antara yang beliau sembelih adalah seekor unta milik Abu Jahal yang di hidungnya terdapat seikat tali dari perak, untuk membuat marah orang-orang musyrik.” (Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, 3/266)

Peningkatan dan pencapaian tingkatan yang tinggi ini menuntut kita untuk mengalahkan (menguasai sepenuhnya) perasaan dan akal kita, karena ia adalah tuntutan syariat, sedangkan syariat didahulukan atas perasaan dan akal.

(Dari jama’ah Abu Mush’ab az-Zarqawi sampai Daulah Islam Irak)

Nama-nama kelompok jihad bukanlah nama yang disebutkan secara tegas dalam nash (Al-Qur’an dan hadits), juga bukan nama marga dan suku yang tidak boleh ditinggalkan, dirubah atau diganti. Ia adalah nama-nama pengenal yang kondisi darurat yang secara syariat menuntut untuk mengadakannya, dan kondisi darurat yang secara syariat lebih tinggi membolehkan untuk meniadakan dan mengganti nama-nama tersebut dengan nama-nama lain sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Peningkatan ini menuntut nama baru yang membawa beban Islam dalam skala yang lebih luas, lebih jauh dan lebih menyebar luas; agar membawakan harapan kepada umat Islam untuk kembali. Nama-nama baru yang melupakan dari nama-nama lama yang telah dikenal. Demikianlah yang pernah terjadi dalam jihad di Irak. Karena orang-orang yang teguh dari kalangan ulama-ulama kami ~semoga Allah menerima mereka~ telah ditolong oleh Allah untuk menempuh beberapa langkah dalam jihad ini:

1. Pengangkatan mujahid syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi, semoga Allah menerimanya, yang telah Allah beri pertolongan untuk memberikan pembalasan dan hukuman terhadap orang-orang kafir dan orang-orang murtad. Di samping operasi-operasi jihad yang penuh berkah tersebut, syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menyatukan orang-orang yang baik, shalih dan jujur dalam membela agama Allah. Maka beliau mengumumkan di Irak nama Jama’ah Tauhid wal Jihad, maka hati-hati kaum muslimin melekat dengan nama itu, pandangan-pandangan mata tertuju kepada jama’ah tersebut dan operasinya, dan telinga-telinga rindu mendengarkan berita-beritanya. 

2. Setelah jama’ah itu memiliki peranan penting dalam lapangan dan media massa, maka Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi meningkat kepada kedudukan yang lebih tinggi, dengan membait Amir mujahidin Syaikh Usamah bin Ladin, semoga Allah menerimanya.
Seseorang yang mendengar langsung dari Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi telah menceritakan kepadaku bahwa Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi berkata: “Ketika aku membai’at Syaikh Usamah, demi Allah aku tidak berada dalam kondisi membutuhkan beliau, tidak harta, tidak senjata dan tidak pula personil. Namun aku melihat beliau adalah simbol umat Islam dalam memperjuangkan agama Allah, maka aku pun menempatkan diriku dalam posisi di bawah beliau.”

Maka pembai’atan itu menjadi berkah bagi tanzhim Al-Qaeda. Perubahan ini memiliki konskuensi-konskuensi, salah satunya adalah perubahan nama Jama’ah Tauhid wal Jihad, sebuah nama yang telah melekat kuat dengan jihad di Irak. Kalaulah bukan karena demi mencari ridha Allah semata, melakukan peningkata dan pencapaian derajat yang lebih tinggi, serta membuat marah musuh-musuh Allah; tentulah jiwa akan berat untuk melepaskan nama Jama’ah Tauhid wal Jihad, dari pihak para pendiri dan anggotanya. Sebab ia adalah nama yang telah dibangun oleh Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi sejak masa (i’dad dan jihad) di Afghanistan pada pertengahan tahun 90an dari abad yang lalu (abad 20 M).

Hati orang-orang yang bertautan erat dengan nama jama’ah tersebut, karena mencintai Allah dan semata-mata untuk Allah, telah menyambut panggilan perluasan yang penuh berkah tersebut, dari ruang lingkup Irak semata menuju ruang lingkup jihad internasional. Maka sejak itu jihad di Irak berkaitan erat dengan sebuah nama yang baru dan mulia, tanzhim Qa’idatul Jihad fi Bilad ar-Rafidain (Al-Qaeda di Negeri Dua Aliran Sungai; Eufrat dan Tigris).
Ketika Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi, semoga Allah menerimanya, membai’at tanzhim Al-Qaeda, maka beliau mengetahui sepenuhnya seberapa besar beban yang harus ditanggung oleh kaum muslimin Ahlus Sunnah di Irak, dan seberapa besar beban yang harus ditanggung oleh saudara-saudara dan putra-putra beliau, yaitu kelompok mujahidin.

Hanya saja ridha Allah berada di atas semua pertimbangan manusiawi. Maka Allah mencukupi beliau dari bantuan manusia.

Dari ibunda kita, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

مَنِ التَمَسَ رِضَاءَ اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ التَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

Barangsiapa mencari ridha Allah meski harus mendapatkan rasa benci manusia, niscaya Allah akan mencukupinya dari gangguan manusia. Dan barangsiapa mencari ridha manusia meski harus mendapatkan rasa benci Allah, niscaya Allah akan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada manusia.” (HR. Tirmidzi no. 2414)

3. Namun jiwa-jiwa yang selalu ingin bergerak maju, senantiasa ingin meraih peningkatan menuju tempat datangnya kecintaan Allah Ta’ala, untuk meraih ridha-Nya dan membuat marah musuh-musuh-Nya.
Maka Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi mengulurkan tangannya kepada jama’ah-jama’ah yang berjihad di Irak, yang berakidah ahlus sunnal wal jama’ah, dan beliau mengajukan syarat kepada mereka agar mereka tidak mencampakkan senjata (meninggalkan jihad), apapun kondisi pemerintahan thaghut Irak yang akan dibentuk (oleh AS dan Barat), sampai Allah memberikan kemenangan (kepada mujahidin) atau kita terbunuh di jalan ini.
Para amir jama’ah-jama’ah jihad itu menyambut ajakan Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi. Maka tercapailah kesepakatan, tekad pun diteguhkan dan terbentuklah organisai baru, dengan nama baru: Majlis Syura Mujahidin. Jama’ah (pimpinan Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi) ini melepaskan nama tanzhim Al-Qaeda yang telah menggentarkan musuh-musuh Allah Ta’ala, sebuah nama yang memiliki gaung mendunia dan terkait erat dengan nama Syaikh Usamah bin Ladin, semoga Allah menerimanya. Demikian pula jama’ah-jama’ah jihad lainnya di Irak melepaskan nama-nama khas mereka, semoga Allah membalas mereka kebaikan atas kebaikan mereka kepada kaum muslimin.

Barisan-barisan mujahidin pun bersatu dalam ikatan cinta karena Allah, dan di atas ikatan cinta kepada-Nya mereka berperang di jalan Allah.

4. Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi terhenti dari upaya untuk membawa jama’ah-jama’ah jihad menggapai tingkatan yang lebih tinggi di jalan Allah, ketika Allah mengaruniakan kepada beliau kematian syahid di jalan-Nya.
Semangat beliau untuk selalu melakukan pendakian menuju ridha Allah telah merasuki jiwa-jiwa para amir dan komandan jama’ah-jama’ah jihad sepeninggal beliau. Maka mereka memulai langkah baru dengan melanjutkan langkah Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi.   
Maka Amir Syaikh Abu Umar al-Qurasyi al-Baghdadi dan mentri perangnya, syaikh mujahidin Syaikh Abu Hamzah al-Mishri al-Muhajir ~semoga Allah menerima beliau berdua~ mengumumkan fase baru dan langkah yang penuh berkah, dengan dukungan saudara-saudara mereka para komandan mujahidin dan bantuan orang-orang shalih dari para pemuka suku dan tokoh masyarakat. Hasil dari usaha itu adalah Daulah Islam Irak, segala pujian dan karunia milik Allah semata. Maka nama Majlis Syura Mujahidin pun berakhir dan tak berbekas lagi.

Jadi ini adalah pandangan para ulama senior yang bertujuan menyatukan barisan-barisan mujahidin dan menghancurkan musuh-musuh agama Islam guna menegakkan kalimat tauhid yang nyata. Begitulah orang-orang yang memiliki cita-cita yang tinggi. Mereka melebarkan luasnya wilayah Islam, untuk membuat marah musuh-musuh Allah.

Maka semoga Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi tentram di tempat peristirahatannya, karena jalan yang ia tempuh, ia pancangkan rambu-rambunya dan selalu ia arahkan, telah dilanjutkan oleh para tokoh sepeninggalnya, dan kini kami berjalan meniti jejak mereka dengan izin Allah.
Para pendahulu kami telah meninggalkan kami di atas jalan para ulama yang kami tiada pilihan selain melanjutkan jalan mereka yang penuh berkah. Para ulama pendahulu kami telah menggariskan jalan yang tidak mengakui batas-batas territorial (yang ditetapkan oleh penjajah, edt) dan mereka menuliskan untuk kita sebuah manhaj (sistem) yang tidak berdasar kebangsaan atau kesukuan yang sempit, serta tidak menghentikan perjalanan untuk mencapai derajat yang lebih tinggi. 

Adapun di Irak, maka mereka telah menyempurnakan perjalanan mendaki mereka dengan mengumumkan berdirinya Daulah Islam Irak.

(Dari sel-sel jihad di Suriah sampai Jabhah Nushrah)

Adapun di negeri Syam, mereka telah membentuk sel-sel jihad yang baru sebatas pada operasi i’dad dan bantuan jihad, sambil menunggu-nunggu kesempatan mencapai pendakian lebih tinggi yang harus terus berjalan.
Ketika kondisi kaum muslimin di negeri Syam telah sampai pada keadaan penumpahan darah, penodaan kehormatan (oleh rezim Nushairiyah Suriah), penduduk Syam meminta bantuan mereka sementara masyarakat internasional berlepas diri dari mereka, maka tiada pilihan bagi kami kecuali bangkit untuk menolong mereka.

Maka kami mengutus (Abu Muhammad) Al-Jaulani (pemimpin tertinggi Jabhah Nushrah, edt), dan dia adalah salah seorang tentara kami dan bersamanya sejumlah orang dari putra-putra kami. Kami berangkatkan mereka dari Irak menuju Syam untuk bertemu dengan sel-sel jihad kami di negeri Syam.
Kami merumuskan bagi mereka perencanaan-perencanaan dan kami tetapkan untuk mereka pengendalian operasi (siyasat al-’amal), dan kami biayai mereka dari baitul mal kaum muslimin (Daulah Islam Irak) setiap setengah bulan sekali, dan kami dukung mereka dengan personil-personil yang telah matang di medan-medan jihad dari kalangan muhajirin dan anshar.

Maka mereka berjuang dengan sungguh-sungguh bersama-sama para penduduk negeri Syam yang bersemangat membela rakyat dan agamanya.  Maka kekuasaan Daulah Islam Irak semakin meluas ke negeri Syam. Pada saat itu kami tidak mengumumkannya karena faktor-faktor keamanan, dan agar rakyat bisa melihat hakekat dari Daulah (Islam Irak), hakekat sebenarnya yang jauh dari pencitraan buruk dan kebohongan oleh media massa.

Kini telah tiba saatnya kami mengumumkan kepada penduduk negeri Syam dan seluruh masyarakat dunia bahwa Jabhah Nushrah tidak lain hanyalah perpanjangan dari Daulah Islam Irak dan bagian darinya.

Kami telah membulatkan tekad, setelah beristikharah kepada Allah Ta’ala dan bermusyawarah dengan orang-orang yang kami percayai agama dan kebijaksanaan mereka, untuk terus melanjutkan perjalanan menanjak jama’ah ini, dan tidak mempedulikan apapun celaan yang akan ditujukan kepada kami, karena sesungguhnya ridha Allah di atas segala-galanya, apapun yang akan menimpa kami karena hal itu.

Maka dengan ini kami meniadakan nama Daulah Islam Irak dan meniadakan nama Jabhah Nushrah, dan kami menggabungkan keduanya dalam satu nama baru: Daulah Islam di Irak dan Syam. Demikian pula kami mengumumkan penyatuan bendera, bendera Daulah Islam, bendera Khilafah Islamiyah, insya Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya? Mereka menakut-nakutimu dengan (tuhan-tuhan palsu) yang mereka (ibadahi) selain-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah niscaya tidak ada seorang pun yang bisa memberinya petunjuk.” (QS. Az-Zumar [39]: 36)

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

«لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ، قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ»

Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang di atas agama Allah, mereka mengalahkan musuh-musuh mereka, dan orang-orang yang menyelisihi mereka tidak akan mampu menimpakan madharat kepada mereka, sampai datangnya hari kiamat dan mereka tetap istiqamah di atas kondisi tersebut.” (HR. Muslim no. 1924.

((Catatan: Hadits dengan lafal di atas diriwayatkan imam Muslim dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, bukan Jabir bin Abdullah. Adapun Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkannya dengan lafal:

«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ»، قَالَ: ” فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُولُ: لَا، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ الْأُمَّةَ “

“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran dan mereka meraih kemenangan sampai hari kiamat. Maka Isa bin Maryam alaihis salam turun, lalu Amir kelompok jihad tersebut berkata kepada Isa bin Maryam: “Silahkan maju, jadilah imam shalat kami!” Maka Isa bin Maryam menjawab, “Tidak, (silahkan anda yang mengimami), karena sesungguhnya sebagian kalian adalah para Amir bagi sebagian lainnya, sebagai bentuk kemuliaan dari Allah untuk umat Islam ini.” HR. Muslim no. 156 ))

Dengan adanya pengumuman ini, maka nama Daulah Islam Irak dan nama Jabhah Nushrah akan menghilang dan tidak muncul lagi dalam interaksi-interaksi kami. Keduanya akan menjadi bagian dari sejarah jihad kami yang penuh berkah, seperti nama-nama lain yang telah mendahuluinya.

Dalam kesempatan yang sama, kami mengulurkan lebar-lebar tangan kami, membuka hati dan dada kami secara lapang, kepada kelompok-kelompok jihad lainnya dan kepada suku-suku perwira (yang membela rakyat dan agamanya, edt) di negeri Syam yang tercinta, dengan syarat kalimat Allah (agama Allah) menjadi hal yang palig tinggi (berkuasa), bangsa dan negara diatur dengan syariat Allah, selain Allah tidak memiliki hak untuk menetapkan undang-undang.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ

Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah (kemusyrikan dan kekafiran) dan seluruh ketaatan (umat manusia) hanya ditujukan kepada Allah semata.” (QS. Al-Anfal [8]: 39)

Maka marilah bersatu dengan orang-orang yang sepakat dengan kami untuk tidak mencampakkan senjata (meninggalkan jihad) sampai kita bisa menerapkan syariat Allah Ta’ala.

Dan sesungguhnya yang akan memegang urusan (pemerintahan) di negeri Syam dari pihak jama’ah kami adalah putra-putra kami dari kalangan rakyat Syam yang telah menjual jiwa mereka kepada Allah Ta’ala (mujahidin asli Suriah, edt). Mereka akan didampingi oleh saudara-saudara mereka, para muhajirin di jalan Allah. Kepemimpinan bukan untuk orang yang memelopori (pendahulu), namun untuk orang yang jujur berjuang di jalan Allah. Dan barang siapa memadukan dua perkara tersebut (kepeloporan dan kejujuran dalam berjuang di jalan Allah), maka ia telah meraih hal yang ideal untuk berkhidmat bagi agama Allah dan kaum muslimin.


Adapun kalian wahai rakyat kami di bumi Irak dan Syam…
Sesungguhnya kami menyematkan di pundak kalian amanat ini dan kalian layak untuk mengembannya, agar kalian membela agama Rabb kalian, sunnah nabi kalian, kehormatan kaum muslimin, nyawa mereka dan harta mereka.

Adapun kalian wahai para ulama rabbaniyyun…
Maka kami meminta bantuan kalian dalam masalah agama, kami mengajak kalian untuk bergabung dengan kami. Belumkah tiba saatnya bagi kalian untuk membuat telapak kalian berdebu di jalan Allah? Belumkah tiba saatnya bagi kalian mendengar desingan peluru di atas kepala kalian? Demi Allah, kalian akan mendapati rasa takut di jalan Allah lebih nyaman dari kasur empuk tempat kalian beristirahat.

Adapun kalian wahai rakyat kami di negeri Syam yang tercinta…
Janganlah kalian seperti anai-anai (laron) yang berlomba-lomba memasuki api, padahal telah banyak anai-anai sebelumnya yang binasa oleh api tersebut. Kalian telah merasakan pemerintahan diktator selama masa-masa kezaliman dan kegelapan yang sangat lama.

Maka janganlah kalian beralih dari masa-masa kezaliman diktator tersebut kepada masa-masa kezaliman demokrasi, sementara saudara-saudara kalian penduduk Irak telah merasakan masa kezaliman (demokrasi) tersebut, lalu mereka menimpakan pengalaman serupa kepada saudara-saudara kalian di Mesir, Tunisia dan Libya. Perhatikanlah kondisi mereka saat ini. Janganlah kalian terperosok ke dalam lubang yang kaum muslimin di negara-negara tersebut terperosok ke dalamnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bahwasanya beliau bersabda:

«لاَ يُلْدَغُ المُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ»
Seorang mukmin tidak terperosok ke satu lubang yang sama sebanyak dua kali.”(HR. Bukhari no. 6133 dan Muslim no. 2998)

Janganlah kalian menjadikan demokrasi sebagai harga untuk ribuan orang yang terbunuh di antara kalian. Janganlah kalian menjadikan demokrasi sebagai harga untuk anggota badan yang terceri-berai di bawah reruntuhan bangunan kalian, yang dihancurkan (oleh bombardir rezim Nushairiyah Suriah, edt) sehingga menimpa anak-anak, wanita dan orang jompo. Janganlah kalian menjadikan demokrasi sebagai harga untuk pengusiran dari rumah-rumah dan kehidupan di tenda-tenda pengungsian. Janganlah kalian menjadikan demokrasi sebagai harga untuk anak-anak perempuan kita dan istri-istri kita yang diperkosa (oleh tentara rezim Nushairiyah Suriah, edt). Jika begitu, demi Allah, ia adalah seburuk-buruk harga dan seburuk-buruk buah yang dipetik.

Jauhilah oleh kalian, wahai rakyat kami di negeri Syam, berbuat kerusakan. Dan di antara kerusakan adalah kalian rela untuk diperintah dengan undang-undang positip, setelah kalian mempersembahkan pengorbanan yang demikian besar ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Majmu’ Fatawa:
“Dan barangsiapa berbuat di muka bumi tanpa berlandaskan kepada kitab Allah dan sunah rasul-Nya maka berarti ia telah bekerja untuk berbuat kerusakan di muka bumi.” (Majmu’ Fatawa, 28/470)

Maka janganlah kalian berbuat kerusakan. Karena sesungguhnya keshalihan kalian merupakan bertahannya kebaikan bagi umat Islam sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, nabi yang benar dan dibenarkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud ath-Thayalisi dalam musnadnya, dari Mu’awiyah (bin Qurrah dari bapaknya radhiyallahu ‘anhuma, edt) berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ

Jika penduduk negeri Syam telah rusak, maka tiada kebaikan lagi pada diri kalian.”(HR. Abu Daud ath-Thayalisi no. 1172. Hadits ini juga diriwayatkan oleh imam Ahmad no. 15596, Ibnu Hibban no. 7303, Ibnu Abi Syaibah no. 1172 dan lain-lain. Sanad hadits ini shahih)

Maka takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah, wahai penduduk negeri Syam apabila umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam dikuasai musuh dari arah kalian. Awan tebal yang selama ini berada di atas langit negeri-negeri kita yang tercinta telah hampir tersingkap, sehingga mentari Islam bisa bersinar terang, membawa kedamaian, keamanan, kemuliaan dan kehidupan yang makmur bagi setiap muslim dan muslimah, bagi setiap anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Karena setiap orang di antara mereka memiliki hak pada baitul mal kaum muslimin.

Wahai putra-putraku dari kalangan muhajirin dan anshar, dari putra-putra Daulah Islam…
Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada penduduk (muslim) Irak dan Syam.

Ya Allah, satukanlah hati kaum muhajirin dan anshar sebagaimana Engkau telah menyatukan hati para sahabat nabi-Mu…

Ya Allah, jadikanlah orang yang berhijrah ke Irak dan Syam sebagai golongan orang-orang yang mengikuti generasi muhajirin dengan baik…

Ya Allah, jadikanlah penduduk Irak dan Syam sebagai golongan orang-orang yang mengikuti generasi anshar dengan baik…

Ya Allah, terimalah orang-orang yang gugur di antara kami sebagai syuhada’ dan segerakanlah kesembuhan orang-orang yang terluka di antara kami…

Ya Allah, bebaskanlah kaum muslimin yang tertawan… ya Allah, bebaskanlah kaum muslimin yang tertawan… dan berilah tempat berlindung bagi (pengungsi) kaum muslimin yang tercerai-berai…

Ya Allah, akhirilah kehidupan kami dengan gugur sebagai syuhada’ di jalan-Mu…

Janganlah Engkau jadikan musibah kami terjadi pada urusan agama kami…

Pekerjakanlah kami di jalan ketaatan kepada-Mu dan kami berlindung kepada-Mu dengan wajah-Mu yang mulia dari mengganti kami…

Ya Allah, curahkanlah kesabaran kepada kami, teguhkanlah pijakan kaki kami dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 250)

Aamiin…ya Rabbal ‘alamiin

Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan istri-istrinya. Akhir dari seruan kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.

Saudara kalian
Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi

Yayasan Media Al-Furqan
Selasa, 28 Jumadil Ula 1434 H
9 April 2013 M
Sumber: Al-Fajr Media Center


(muhibalmajdi/arrahmah.com)