Dan Berilah Kabar Gembira Kaum Muslimin
Pesan Audio Amirul Mu'minin Abu Bakar Al Bahgdadi
tentang
Berdirinya Daulah Islam Iraq dan Syam
BAGHDAD (Arrahmah.com)
– Pada hari Selasa, 28 Jumadil Ula 1434 H bertepatan dengan 9 April 2013 M,
Yayasan Media Al-Furqan sebagai sayap media Daulah Islam Irak bekerja sama
dengan Al-Fajr Media Center merilis pesan audio Amir Daulah Islam Irak, Syaikh
Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi. Pesan audio berdurasi 21 menit 26
detik itu berjudul “Dan berilah kabar gembira kaum muslimin” dan
menyampaikan suatu hal yang sangat mengejutkan semua pihak: Pengumuman
berdirinya Daulah Islam Irak dan Syam.
Dalam pesan audio tersebut, Syaikh Abu Bakar
al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi menjelaskan beberapa perkara penting:
1. Orang-orang yang jujur berjuang di jalan Allah
senantiasa berupaya untuk meningkat, mencapai kedudukan dan kemuliaan yang
lebih tinggi di sisi Allah. Tujuannya adalah mencapai ridha Allah semata,
merealisasikan maslahat yang lebih luas bagi kaum muslimin dan membuat “marah”
musuh-musuh Allah.
Sebagai contoh dari hal itu adalah perubahan kelompok
jihad yang dirintis oleh Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi: Jama’ah Tauhid wal
Jihad yang berskala Irak semata, lalu berubah menjadi Tandzhim Qa’idatul Jihad
fi Bilad ar-Rafidain yang berskala jihad global, lalu berubah menjadi Majlis
Syura Mujahidin yang merupakan koordinasi dan penyatuan dengan jama’ah-jama’ah
jihad lainnya di Irak, kemudian mencapai puncaknya dengan pengumuman berdirinya
Daulah Islam Irak.
2. Daulah Islam Irak telah mengirimkan sebagian
tentara mujahidinnya untuk membentuk sel-sel jihad di seluruh wilayah Suriah,
sambil melakukan aktifitas-aktifitas dakwah dan i’dad, mereka menunggu-nunggu
waktu yang tepat untuk melaksanakan jihad di Suriah.
3. Daulah Islam Irak telah mengirimkan salah seorang
mujahidnya, Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani, disertai beberapa ulama rabbaniyun
dan komandan yang telah matang di medan-medan jihad ke Suriah saat dimulainya
revolusi rakyat melawan rezim Nushairiyah. Abu Muhammad Al-Jaulani bersama
orang-orang yang mendampinginya membentuk kelompok Jabhah Nushrah. Jabhah
Nushrah berkoordinasi dengan sel-sel jihad di Suriah yang sebelumnya telah
dibentuk oleh Daulah Islam Irak di Suriah. Jabhah Nushrah adalah
tentara-tentara mujahidin Daulah Islam Irak dan bagian dari Daulah Islam Irak.
4. Untuk mencapai peningkatan dan kedudukan jihad yang
lebih tinggi, demi meraih ridha Allah semata, merealisasikan maslahat yang
lebih luas bagi kaum muslimin dan “membuat marah” musuh-musuh Allah, secara
resmi Syaikh Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi mengumumkan
penghapusan nama Daulah Islam Irak dan nama Jabhah Nushrah di Suriah. Keduanya
“dilebur” menjadi satu dengan nama baru, Daulah Islam Irak dan Syam.
Nama baru inilah yang seterusnya akan dipakai dalam interaksi mujahidin kedua
tanzhim jihad paling menonjol di Irak dan Suriah tersebut.
5. Daulah Islam Irak dan Syam mengajak kepada
jama’ah-jama’ah jihad lainnya yang berakidah ahlus sunnah wal jama’ah dan
istiqamah di atas jalan jihad untuk berkoordinasi dan bahu-membahu guna
menegakkan Khilafah Islamiyah dan menerapkan syari’at Allah sebagais
atu-satunya pedoman hidup bangsa dan Negara.
6. Daulah Islam Irak dan Syam juga menyampaikan
beberapa seruan kepada para mujahidin dari kalangan muhajirin dan anshar, serta
ulama rabbaniyun untuk bahu-membahu di medan jihad demi tegaknya khilafah
Islamiyah yang berdasar manhaj nubuwwah.
7. Daulah Islam Irak dan Syam menyerukan kepada rakyat
muslim Suriah untuk tidak terperosok dalam perangkap lubang demokrasi yang
telah merusak revolusi rakyat di Mesir, Libya dan Tunisia. Daulah Islam Irak
dan Syam menyerukan kepada rakyat muslim Suriah agar menjadikan tegaknya daulah
Islamiyah dan penerapan syariat Allah sebagai tujuan revolusi mereka, bukan
menjatuhkan rezim diktator sekuler Nushairiyah Suriah dan menggantikannnya
dengan rezim sekuler nasionalis demokrasi.
Berikut ini terjemahan pesan audio Syaikh Abu Bakar
al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi dengan beberapa tambahan penjelas berupa
judul-judul dalam tanda kurung, pencantuman nama surat dan nomor ayat, takhrij
hadits secara singkat dan pencantuman sumber kutipan perkataan para ulama.
Semoga bermanfaat.
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ
بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam
satu barisan yang kuat seakan-akan mereka bangunan yang kokoh.”
(QS. Ash-Shaf [61]: 4)
Yayasan Media Al-Furqan mempersembahkan
Pesan audio amirul mukminin Syaikh Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi
al-Baghdadi
dengan judul
“Dan berilah kabar gembira kaum muslimin“
Segala puji bagi Allah semata. Kami memuji-Nya,
memohon pertolongan-Nya, meminta petunjuk-Nya dan berserah diri
kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan jiwa
kami sendiri dan dari keburukan-keburukan perbuatan kami sendiri. Barangsiapa
diberi petunjuk oleh Allah maka dialah orang yang mendapat petunjuk. Dan
barangsiapa disesatkan oleh Allah, niscaya engkau sekali-kali tidak akan
mendapatkan baginya seorang penolong yang bisa mengarahkannya.
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah Yang berhak diibadahi
selain Allah Maha Esa, tiada sekutu bagi-NYa. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Allah telah mengutusnya dengan petunjuk dan
agama yang benar agar Allah memenangkan agama-Nya di atas semua agama lainnya,
sekalipun orang-orang musyrik membenci hal itu.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى
شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103) وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ
يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ
تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ
لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (105)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian
kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kalian sekali-kali mati
kecuali dalam keadaan memegang teguh Islam.
Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali
(agama) Allah dan janganlah kalian berpecah-belah, dan ingatlah nikmat Allah
kepada kalian ketika dahulu kalian saling bermusuhan maka Allah menyatukan hati
kalian sehingga kalian pun dengan nikmat Allah tersebut menjadi bersaudara. Dan
adalah kalian dahulu berada di bibir jurang neraka (yaitu saat kalian masih
musyrik dan kafir, edt) maka Allah menyelamatkan kalian darinya (dengan nikmat
Islam dan iman, edt). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya
supaya kalian mendapatkan petunju.
Dan hendaklah ada segolongan orang di antara kalian
yang mengajak kepada kebaikan, memerintahkan hal-hal yang ma’ruf dan mencegah
dari hal-hal yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang
berpecah belah dan berselisih setelah datang kepada mereka bukti-bukti
kebenaran yang nyata. Bagi mereka itu azab yang berat.” (QS. Ali Imran [3]: 102-104)
Amma ba’du.
(Kabar gembira untuk umat Islam)
Inilah kabar gembira yang kami sampaikan kepada umat
Islam di tengah peristiwa-peristiwa yang kami tumbuh di tengahnya dan untuknya.
Segala puji bagi Allah semata, dari-Nya semata datangnya pertolongan dan
ketepatan. Maka saya katakan dengan meminta pertolongan kepada Allah semata.
(Selalu berusaha meraih peningkatan dan kedudukan
yang tinggi di jalan Allah)
Sesungguhnya peningkatan dari satu tingkatan yang
lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi merupakan kemurahan Allah kepada
jama’ah-jama’ah jihad. Hal itu merupakan bukti keberkahan amal mereka.
Sebagaimana sikap mundur, ragu-ragu dan menarik diri merupakan bukti buruknya
amal, kita berlindung kepada Allah dari hal itu.
Tingkatan-tingkatan yang tinggi hanya diraih karena keutamaan
tingkatan-tingkatan sebelumnya sebagai hal yang mengantarkan dan memudahkannya.
Peningkatan seperti ini hanya akan difikirkan oleh orang-orang yang dikaruniai
bagian yang banyak dari pencarian terhadap tempat-tempat yang mendatangkan
ridha Allah Ta’ala, sehingga ia melangkahkan kaki kepadanya. Tidak akan
memikirkan peningkatan seperti ini kecuali orang-orang yang Allah karuniakan
kepada mereka pandangan yang jauh dan penguasaan (wawasan) terhadap
maslahat-maslahat umum serta apa (sumbasih) yang ditunggu-tunggu oleh umat
Islam dari mujahidin. Peningkatan ini tidak akan difikirkan kecuali oleh
orang-orang yang diberi rizki oleh Allah berupa pencarian terhadap
tempat-tempat yang membuat marah orang-orang kafir dan orang-orang murtad.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يَطَئُونَ
مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا
كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ
الْمُحْسِنِينَ (120)
“Dan tidaklah mereka mereka menginjakkan kaki pada
suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak pula mereka
menimpakan suatu bencana kepada musuh-musuh Allah melainkan dicatat untuk
mereka sebagai amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS. At-Taubah
[9]: 120)
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
antusias untuk membuat orang-orang musyrik di Makkah marah. Unta yang beliau
rebut dalam perang Badar masih beliau simpan sampai tahun keenam hijrah. Beliau
membawanya ke Makkah dan beliau sembelih sebagai korban untuk Allah. Padahal
unta itu dikenal luas oleh penduduk Makkah sebagai unta milik Abu Jahal.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Zadul Ma’ad fi
Hadyi Khairil ‘Ibad, dalam menjelaskan faedah-faedah dari perjanjian
Hudaibiyah, menulis: “Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam menyembelih
beberapa hewan korban dan di antara yang beliau sembelih adalah seekor unta
milik Abu Jahal yang di hidungnya terdapat seikat tali dari perak, untuk
membuat marah orang-orang musyrik.” (Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad,
3/266)
Peningkatan dan pencapaian tingkatan yang tinggi ini
menuntut kita untuk mengalahkan (menguasai sepenuhnya) perasaan dan akal kita,
karena ia adalah tuntutan syariat, sedangkan syariat didahulukan atas perasaan
dan akal.
(Dari jama’ah Abu Mush’ab az-Zarqawi sampai Daulah
Islam Irak)
Nama-nama kelompok jihad bukanlah nama yang disebutkan
secara tegas dalam nash (Al-Qur’an dan hadits), juga bukan nama marga dan suku
yang tidak boleh ditinggalkan, dirubah atau diganti. Ia adalah nama-nama
pengenal yang kondisi darurat yang secara syariat menuntut untuk mengadakannya,
dan kondisi darurat yang secara syariat lebih tinggi membolehkan untuk
meniadakan dan mengganti nama-nama tersebut dengan nama-nama lain sesuai
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Peningkatan ini menuntut nama baru yang membawa beban
Islam dalam skala yang lebih luas, lebih jauh dan lebih menyebar luas; agar
membawakan harapan kepada umat Islam untuk kembali. Nama-nama baru yang
melupakan dari nama-nama lama yang telah dikenal. Demikianlah yang pernah
terjadi dalam jihad di Irak. Karena orang-orang yang teguh dari kalangan
ulama-ulama kami ~semoga Allah menerima mereka~ telah ditolong oleh Allah untuk
menempuh beberapa langkah dalam jihad ini:
1. Pengangkatan mujahid syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi,
semoga Allah menerimanya, yang telah Allah beri pertolongan untuk memberikan
pembalasan dan hukuman terhadap orang-orang kafir dan orang-orang murtad. Di
samping operasi-operasi jihad yang penuh berkah tersebut, syaikh Abu Mush’ab
az-Zarqawi bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menyatukan orang-orang yang
baik, shalih dan jujur dalam membela agama Allah. Maka beliau mengumumkan di
Irak nama Jama’ah Tauhid wal Jihad, maka hati-hati kaum muslimin melekat
dengan nama itu, pandangan-pandangan mata tertuju kepada jama’ah tersebut dan
operasinya, dan telinga-telinga rindu mendengarkan berita-beritanya.
2. Setelah jama’ah itu memiliki peranan penting dalam
lapangan dan media massa, maka Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi meningkat kepada kedudukan
yang lebih tinggi, dengan membait Amir mujahidin Syaikh Usamah bin Ladin,
semoga Allah menerimanya.
Seseorang yang mendengar langsung dari Syaikh Abu
Mush’ab az-Zarqawi telah menceritakan kepadaku bahwa Syaikh Abu Mush’ab
az-Zarqawi berkata: “Ketika aku membai’at Syaikh Usamah, demi Allah aku
tidak berada dalam kondisi membutuhkan beliau, tidak harta, tidak senjata dan
tidak pula personil. Namun aku melihat beliau adalah simbol umat Islam dalam
memperjuangkan agama Allah, maka aku pun menempatkan diriku dalam posisi di
bawah beliau.”
Maka pembai’atan itu menjadi berkah bagi tanzhim
Al-Qaeda. Perubahan ini memiliki konskuensi-konskuensi, salah satunya adalah
perubahan nama Jama’ah Tauhid wal Jihad, sebuah nama yang telah melekat kuat
dengan jihad di Irak. Kalaulah bukan karena demi mencari ridha Allah semata,
melakukan peningkata dan pencapaian derajat yang lebih tinggi, serta membuat
marah musuh-musuh Allah; tentulah jiwa akan berat untuk melepaskan nama Jama’ah
Tauhid wal Jihad, dari pihak para pendiri dan anggotanya. Sebab ia adalah nama
yang telah dibangun oleh Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi sejak masa (i’dad dan
jihad) di Afghanistan pada pertengahan tahun 90an dari abad yang lalu (abad 20
M).
Hati orang-orang yang bertautan erat dengan nama jama’ah
tersebut, karena mencintai Allah dan semata-mata untuk Allah, telah menyambut
panggilan perluasan yang penuh berkah tersebut, dari ruang lingkup Irak semata
menuju ruang lingkup jihad internasional. Maka sejak itu jihad di Irak
berkaitan erat dengan sebuah nama yang baru dan mulia, tanzhim Qa’idatul
Jihad fi Bilad ar-Rafidain (Al-Qaeda di Negeri Dua Aliran Sungai; Eufrat
dan Tigris).
Ketika Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi, semoga Allah
menerimanya, membai’at tanzhim Al-Qaeda, maka beliau mengetahui sepenuhnya
seberapa besar beban yang harus ditanggung oleh kaum muslimin Ahlus Sunnah di
Irak, dan seberapa besar beban yang harus ditanggung oleh saudara-saudara dan
putra-putra beliau, yaitu kelompok mujahidin.
Hanya saja ridha Allah berada di atas semua
pertimbangan manusiawi. Maka Allah mencukupi beliau dari bantuan manusia.
Dari ibunda kita, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
“Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
مَنِ التَمَسَ رِضَاءَ
اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ التَمَسَ
رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
“Barangsiapa mencari ridha Allah meski harus
mendapatkan rasa benci manusia, niscaya Allah akan mencukupinya dari gangguan
manusia. Dan barangsiapa mencari ridha manusia meski harus mendapatkan rasa
benci Allah, niscaya Allah akan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada manusia.”
(HR. Tirmidzi no. 2414)
3.
Namun jiwa-jiwa yang selalu ingin bergerak maju, senantiasa ingin meraih
peningkatan menuju tempat datangnya kecintaan Allah Ta’ala, untuk meraih
ridha-Nya dan membuat marah musuh-musuh-Nya.
Maka Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi mengulurkan
tangannya kepada jama’ah-jama’ah yang berjihad di Irak, yang berakidah ahlus
sunnal wal jama’ah, dan beliau mengajukan syarat kepada mereka agar mereka
tidak mencampakkan senjata (meninggalkan jihad), apapun kondisi pemerintahan
thaghut Irak yang akan dibentuk (oleh AS dan Barat), sampai Allah memberikan
kemenangan (kepada mujahidin) atau kita terbunuh di jalan ini.
Para amir jama’ah-jama’ah jihad itu menyambut ajakan
Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi. Maka tercapailah kesepakatan, tekad pun
diteguhkan dan terbentuklah organisai baru, dengan nama baru: Majlis Syura
Mujahidin. Jama’ah (pimpinan Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi) ini melepaskan
nama tanzhim Al-Qaeda yang telah menggentarkan musuh-musuh Allah Ta’ala, sebuah
nama yang memiliki gaung mendunia dan terkait erat dengan nama Syaikh Usamah
bin Ladin, semoga Allah menerimanya. Demikian pula jama’ah-jama’ah jihad
lainnya di Irak melepaskan nama-nama khas mereka, semoga Allah membalas mereka
kebaikan atas kebaikan mereka kepada kaum muslimin.
Barisan-barisan mujahidin pun bersatu dalam ikatan
cinta karena Allah, dan di atas ikatan cinta kepada-Nya mereka berperang di
jalan Allah.
4. Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi terhenti dari upaya
untuk membawa jama’ah-jama’ah jihad menggapai tingkatan yang lebih tinggi di
jalan Allah, ketika Allah mengaruniakan kepada beliau kematian syahid di
jalan-Nya.
Semangat beliau untuk selalu melakukan pendakian
menuju ridha Allah telah merasuki jiwa-jiwa para amir dan komandan
jama’ah-jama’ah jihad sepeninggal beliau. Maka mereka memulai langkah baru
dengan melanjutkan langkah Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi.
Maka Amir Syaikh Abu Umar al-Qurasyi al-Baghdadi dan
mentri perangnya, syaikh mujahidin Syaikh Abu Hamzah al-Mishri al-Muhajir
~semoga Allah menerima beliau berdua~ mengumumkan fase baru dan langkah yang
penuh berkah, dengan dukungan saudara-saudara mereka para komandan mujahidin
dan bantuan orang-orang shalih dari para pemuka suku dan tokoh masyarakat.
Hasil dari usaha itu adalah Daulah Islam Irak, segala pujian dan karunia
milik Allah semata. Maka nama Majlis Syura Mujahidin pun berakhir dan tak
berbekas lagi.
Jadi ini adalah pandangan para ulama senior yang
bertujuan menyatukan barisan-barisan mujahidin dan menghancurkan musuh-musuh
agama Islam guna menegakkan kalimat tauhid yang nyata. Begitulah orang-orang
yang memiliki cita-cita yang tinggi. Mereka melebarkan luasnya wilayah Islam,
untuk membuat marah musuh-musuh Allah.
Maka semoga Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi tentram di
tempat peristirahatannya, karena jalan yang ia tempuh, ia pancangkan
rambu-rambunya dan selalu ia arahkan, telah dilanjutkan oleh para tokoh
sepeninggalnya, dan kini kami berjalan meniti jejak mereka dengan izin Allah.
Para pendahulu kami telah meninggalkan kami di atas
jalan para ulama yang kami tiada pilihan selain melanjutkan jalan mereka yang
penuh berkah. Para ulama pendahulu kami telah menggariskan jalan yang tidak
mengakui batas-batas territorial (yang ditetapkan oleh penjajah, edt) dan
mereka menuliskan untuk kita sebuah manhaj (sistem) yang tidak berdasar
kebangsaan atau kesukuan yang sempit, serta tidak menghentikan perjalanan untuk
mencapai derajat yang lebih tinggi.
Adapun di Irak, maka mereka telah menyempurnakan
perjalanan mendaki mereka dengan mengumumkan berdirinya Daulah Islam Irak.
(Dari sel-sel jihad di Suriah sampai Jabhah Nushrah)
Adapun di negeri Syam, mereka telah membentuk sel-sel
jihad yang baru sebatas pada operasi i’dad dan bantuan jihad, sambil
menunggu-nunggu kesempatan mencapai pendakian lebih tinggi yang harus terus
berjalan.
Ketika kondisi kaum muslimin di negeri Syam telah
sampai pada keadaan penumpahan darah, penodaan kehormatan (oleh rezim
Nushairiyah Suriah), penduduk Syam meminta bantuan mereka sementara masyarakat
internasional berlepas diri dari mereka, maka tiada pilihan bagi kami kecuali
bangkit untuk menolong mereka.
Maka kami mengutus (Abu Muhammad) Al-Jaulani (pemimpin
tertinggi Jabhah Nushrah, edt), dan dia adalah salah seorang tentara kami dan
bersamanya sejumlah orang dari putra-putra kami. Kami berangkatkan mereka dari
Irak menuju Syam untuk bertemu dengan sel-sel jihad kami di negeri Syam.
Kami merumuskan bagi mereka perencanaan-perencanaan
dan kami tetapkan untuk mereka pengendalian operasi (siyasat al-’amal),
dan kami biayai mereka dari baitul mal kaum muslimin (Daulah Islam Irak) setiap
setengah bulan sekali, dan kami dukung mereka dengan personil-personil yang
telah matang di medan-medan jihad dari kalangan muhajirin dan anshar.
Maka mereka berjuang dengan sungguh-sungguh
bersama-sama para penduduk negeri Syam yang bersemangat membela rakyat dan
agamanya. Maka kekuasaan Daulah Islam Irak semakin meluas ke negeri Syam.
Pada saat itu kami tidak mengumumkannya karena faktor-faktor keamanan, dan agar
rakyat bisa melihat hakekat dari Daulah (Islam Irak), hakekat sebenarnya yang
jauh dari pencitraan buruk dan kebohongan oleh media massa.
Kini telah tiba saatnya kami mengumumkan kepada
penduduk negeri Syam dan seluruh masyarakat dunia bahwa Jabhah Nushrah tidak
lain hanyalah perpanjangan dari Daulah Islam Irak dan bagian darinya.
Kami telah membulatkan tekad, setelah beristikharah
kepada Allah Ta’ala dan bermusyawarah dengan orang-orang yang kami percayai
agama dan kebijaksanaan mereka, untuk terus melanjutkan perjalanan menanjak
jama’ah ini, dan tidak mempedulikan apapun celaan yang akan ditujukan kepada
kami, karena sesungguhnya ridha Allah di atas segala-galanya, apapun yang akan
menimpa kami karena hal itu.
Maka dengan ini kami meniadakan nama Daulah Islam Irak
dan meniadakan nama Jabhah Nushrah, dan kami menggabungkan keduanya dalam satu
nama baru: Daulah Islam di Irak dan Syam. Demikian pula kami mengumumkan
penyatuan bendera, bendera Daulah Islam, bendera Khilafah Islamiyah, insya
Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ
عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ
فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya? Mereka
menakut-nakutimu dengan (tuhan-tuhan palsu) yang mereka (ibadahi) selain-Nya.
Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah niscaya tidak ada seorang pun yang
bisa memberinya petunjuk.” (QS. Az-Zumar [39]: 36)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
«لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ
اللهِ، قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى
تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ»
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang
berperang di atas agama Allah, mereka mengalahkan musuh-musuh mereka, dan
orang-orang yang menyelisihi mereka tidak akan mampu menimpakan madharat kepada
mereka, sampai datangnya hari kiamat dan mereka tetap istiqamah di atas kondisi
tersebut.” (HR. Muslim no. 1924.
((Catatan: Hadits dengan lafal di atas diriwayatkan
imam Muslim dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, bukan Jabir bin Abdullah.
Adapun Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkannya dengan lafal:
«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ
ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ»، قَالَ: ” فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ
لَنَا، فَيَقُولُ: لَا، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ
هَذِهِ الْأُمَّةَ “
“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang
berperang di atas kebenaran dan mereka meraih kemenangan sampai hari kiamat.
Maka Isa bin Maryam alaihis salam turun, lalu Amir kelompok jihad tersebut
berkata kepada Isa bin Maryam: “Silahkan maju, jadilah imam shalat kami!” Maka
Isa bin Maryam menjawab, “Tidak, (silahkan anda yang mengimami), karena
sesungguhnya sebagian kalian adalah para Amir bagi sebagian lainnya, sebagai
bentuk kemuliaan dari Allah untuk umat Islam ini.” HR. Muslim no. 156 ))
Dengan adanya pengumuman ini, maka nama Daulah Islam
Irak dan nama Jabhah Nushrah akan menghilang dan tidak muncul lagi dalam
interaksi-interaksi kami. Keduanya akan menjadi bagian dari sejarah jihad kami
yang penuh berkah, seperti nama-nama lain yang telah mendahuluinya.
Dalam kesempatan yang sama, kami mengulurkan
lebar-lebar tangan kami, membuka hati dan dada kami secara lapang, kepada
kelompok-kelompok jihad lainnya dan kepada suku-suku perwira (yang membela
rakyat dan agamanya, edt) di negeri Syam yang tercinta, dengan syarat kalimat
Allah (agama Allah) menjadi hal yang palig tinggi (berkuasa), bangsa dan negara
diatur dengan syariat Allah, selain Allah tidak memiliki hak untuk menetapkan
undang-undang.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى
لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ
“Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah
(kemusyrikan dan kekafiran) dan seluruh ketaatan (umat manusia) hanya ditujukan
kepada Allah semata.” (QS. Al-Anfal [8]: 39)
Maka marilah bersatu dengan orang-orang yang sepakat
dengan kami untuk tidak mencampakkan senjata (meninggalkan jihad) sampai kita
bisa menerapkan syariat Allah Ta’ala.
Dan sesungguhnya yang akan memegang urusan
(pemerintahan) di negeri Syam dari pihak jama’ah kami adalah putra-putra kami
dari kalangan rakyat Syam yang telah menjual jiwa mereka kepada Allah Ta’ala
(mujahidin asli Suriah, edt). Mereka akan didampingi oleh saudara-saudara
mereka, para muhajirin di jalan Allah. Kepemimpinan bukan untuk orang yang
memelopori (pendahulu), namun untuk orang yang jujur berjuang di jalan Allah.
Dan barang siapa memadukan dua perkara tersebut (kepeloporan dan kejujuran
dalam berjuang di jalan Allah), maka ia telah meraih hal yang ideal untuk
berkhidmat bagi agama Allah dan kaum muslimin.
Adapun kalian wahai rakyat kami di bumi Irak dan Syam…
Sesungguhnya kami menyematkan di pundak kalian amanat
ini dan kalian layak untuk mengembannya, agar kalian membela agama Rabb kalian,
sunnah nabi kalian, kehormatan kaum muslimin, nyawa mereka dan harta mereka.
Adapun kalian wahai para ulama rabbaniyyun…
Maka kami meminta bantuan kalian dalam masalah agama,
kami mengajak kalian untuk bergabung dengan kami. Belumkah tiba saatnya bagi
kalian untuk membuat telapak kalian berdebu di jalan Allah? Belumkah tiba
saatnya bagi kalian mendengar desingan peluru di atas kepala kalian? Demi
Allah, kalian akan mendapati rasa takut di jalan Allah lebih nyaman dari kasur
empuk tempat kalian beristirahat.
Adapun kalian wahai rakyat kami di negeri Syam yang
tercinta…
Janganlah kalian seperti anai-anai (laron) yang
berlomba-lomba memasuki api, padahal telah banyak anai-anai sebelumnya yang
binasa oleh api tersebut. Kalian telah merasakan pemerintahan diktator selama
masa-masa kezaliman dan kegelapan yang sangat lama.
Maka janganlah kalian beralih dari masa-masa kezaliman
diktator tersebut kepada masa-masa kezaliman demokrasi, sementara
saudara-saudara kalian penduduk Irak telah merasakan masa kezaliman (demokrasi)
tersebut, lalu mereka menimpakan pengalaman serupa kepada saudara-saudara
kalian di Mesir, Tunisia dan Libya. Perhatikanlah kondisi mereka saat ini. Janganlah
kalian terperosok ke dalam lubang yang kaum muslimin di negara-negara tersebut
terperosok ke dalamnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa salam bahwasanya beliau bersabda:
«لاَ يُلْدَغُ المُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ»
“Seorang mukmin tidak terperosok ke satu lubang
yang sama sebanyak dua kali.”(HR. Bukhari no. 6133 dan Muslim no. 2998)
Janganlah kalian menjadikan demokrasi sebagai harga
untuk ribuan orang yang terbunuh di antara kalian. Janganlah kalian menjadikan
demokrasi sebagai harga untuk anggota badan yang terceri-berai di bawah
reruntuhan bangunan kalian, yang dihancurkan (oleh bombardir rezim Nushairiyah
Suriah, edt) sehingga menimpa anak-anak, wanita dan orang jompo. Janganlah
kalian menjadikan demokrasi sebagai harga untuk pengusiran dari rumah-rumah dan
kehidupan di tenda-tenda pengungsian. Janganlah kalian menjadikan demokrasi
sebagai harga untuk anak-anak perempuan kita dan istri-istri kita yang
diperkosa (oleh tentara rezim Nushairiyah Suriah, edt). Jika begitu, demi
Allah, ia adalah seburuk-buruk harga dan seburuk-buruk buah yang dipetik.
Jauhilah oleh kalian, wahai rakyat kami di negeri
Syam, berbuat kerusakan. Dan di antara kerusakan adalah kalian rela untuk
diperintah dengan undang-undang positip, setelah kalian mempersembahkan
pengorbanan yang demikian besar ini.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata
dalam Majmu’ Fatawa:
“Dan barangsiapa berbuat di muka bumi tanpa
berlandaskan kepada kitab Allah dan sunah rasul-Nya maka berarti ia telah
bekerja untuk berbuat kerusakan di muka bumi.” (Majmu’ Fatawa, 28/470)
Maka janganlah kalian berbuat kerusakan. Karena
sesungguhnya keshalihan kalian merupakan bertahannya kebaikan bagi umat Islam
sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, nabi yang
benar dan dibenarkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud
ath-Thayalisi dalam musnadnya, dari Mu’awiyah (bin Qurrah dari bapaknya
radhiyallahu ‘anhuma, edt) berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda:
إِذَا فَسَدَ أَهْلُ
الشَّامِ فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ
“Jika penduduk negeri Syam telah rusak, maka tiada
kebaikan lagi pada diri kalian.”(HR. Abu Daud ath-Thayalisi no. 1172.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh imam Ahmad no. 15596, Ibnu Hibban no. 7303,
Ibnu Abi Syaibah no. 1172 dan lain-lain. Sanad hadits ini shahih)
Maka takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah,
wahai penduduk negeri Syam apabila umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
salam dikuasai musuh dari arah kalian. Awan tebal yang selama ini berada di
atas langit negeri-negeri kita yang tercinta telah hampir tersingkap, sehingga
mentari Islam bisa bersinar terang, membawa kedamaian, keamanan, kemuliaan dan
kehidupan yang makmur bagi setiap muslim dan muslimah, bagi setiap anak
laki-laki dan anak-anak perempuan. Karena setiap orang di antara mereka
memiliki hak pada baitul mal kaum muslimin.
Wahai putra-putraku dari kalangan muhajirin dan
anshar, dari putra-putra Daulah Islam…
Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada
penduduk (muslim) Irak dan Syam.
Ya Allah, satukanlah hati kaum muhajirin dan anshar sebagaimana Engkau
telah menyatukan hati para sahabat nabi-Mu…
Ya Allah, jadikanlah orang yang berhijrah ke Irak dan Syam sebagai golongan
orang-orang yang mengikuti generasi muhajirin dengan baik…
Ya Allah, jadikanlah penduduk Irak dan Syam sebagai golongan orang-orang
yang mengikuti generasi anshar dengan baik…
Ya Allah, terimalah orang-orang yang gugur di antara kami sebagai syuhada’
dan segerakanlah kesembuhan orang-orang yang terluka di antara kami…
Ya Allah, bebaskanlah kaum muslimin yang tertawan… ya Allah, bebaskanlah
kaum muslimin yang tertawan… dan berilah tempat berlindung bagi (pengungsi)
kaum muslimin yang tercerai-berai…
Ya Allah, akhirilah kehidupan kami dengan gugur sebagai syuhada’ di
jalan-Mu…
Janganlah Engkau jadikan musibah kami terjadi pada urusan agama kami…
Pekerjakanlah kami di jalan ketaatan kepada-Mu dan kami berlindung
kepada-Mu dengan wajah-Mu yang mulia dari mengganti kami…
Ya Allah, curahkanlah kesabaran kepada kami, teguhkanlah pijakan kaki kami
dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 250)
Aamiin…ya Rabbal ‘alamiin
Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi
kita Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan istri-istrinya. Akhir dari seruan
kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Saudara kalian
Abu Bakar al-Husaini al-Qurasyi al-Baghdadi
Yayasan Media Al-Furqan
Selasa, 28 Jumadil Ula 1434 H
9 April 2013 M
Sumber: Al-Fajr Media Center
(muhibalmajdi/arrahmah.com)